Menjelang Idul Adha yang tinggal hitungan hari saja, banyak orang yang sudah mulai menyiapkan berbagai keperluan untuk menyambut hari raya ini. Ada yang menyiapkan hewan kurban hingga perlengkapan untuk menyelenggarakan tradisi di daerahnya masing-masing.
Saat penghujung bulan Dzulhijjah, banyak daerah-daerah di Indonesia juga yang memiliki tradisi tersendiri unik untuk menyambut serta merayakan Idul Adha. Berikut ini tim berbuatbaik.id rangkum beberapa tradisi unik saat menyambut Hari Raya Idul Adha di berbagai wilayah Indonesia:
Tradisi Apitan di Semarang
Konon, tradisi ini dinamakan Apitan karena adanya bulan yang diapit dalam kalender Jawa yaitu antara bulan Syawal dan bulan Dzulhijjah. Apitan menjadi tradisi yang menggambarkan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat Semarang terhadap rezeki yang Allah SWT telah berikan, khususnya hasil bumi. Masyarakat Semarang percaya bahwa tradisi ini merupakan kebiasaan para Wali Songo pada zaman dahulu sebagai ungkapan rasa syukur saat Idul Adha. Rangkaian acara yang dilakukan biasanya dimulai dengan pembacaan doa lalu dilanjut dengan arak-arakan hasil tani yang akan diperebutkan oleh masyarakat.
Foto:Dian Utoro Aji/detikJateng
|
Tradisi Grebek Gunungan di Yogyakarta
Dalam memperingati Hari Raya Idul Adha, Keraton Yogyakarta mengadakan Grebek Gunungan sebagai tradisi yang sudah turun-temurun dilaksanakan. Tradisi ini identik dengan arak-arakan atau kirab gunungan. Akan ada 7 gunungan yang dipersiapkan untuk nantinya dibagikan ke 3 tempat yang berbeda, yaitu halaman Kagungan dalem Masjid Gede, Pendopo Kawedanan Pengulon, dan Kepatihan serta Puro. Gunungan tersebut berisikan hasil bumi seperti sayur-mayur serta buah-buahan.
Masyarakat sekitar yang datang menyaksikan juga bisa merebutkan hasil tani yang telah diarak. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, jika kamu berhasil mengambil hasil bumi dalam bentuk gunungan ini maka artinya bisa mendatangkan berkah.
Tradisi Manten Sapi di Pasuruan
Salah satu kota di Jawa Timur ini juga memiliki tradisi unik dalam menyambut Idul Adha. Manten Sapi adalah tradisi sapi yang hendak dikurbankan akan dimandikan dan didandani bagaikan pengantin. Sapi diberikan kalung bunga 7 rupa dibalut dengan kain kafan, sorban dan sajadah. Setelah selesai didandani, semua sapi akan diarak menuju masjid untuk diserahkan kepada panitia kurban. Pelaksanaan tradisi tersebut merupakan bentuk rasa syukur dan penghormatan masyarakat kepada hewan yang akan dikurbankan.
Tradisi Mepe Kasur di Banyuwangi
Masyarakat suku Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi menggelar tradisi Mepe Kasur atau yang memiliki arti Menjemur Kasur. Tradisi ini dilakukan sejak pagi hingga siang hari.
Foto:Ardian Fanani
|
Uniknya dari tradisi ini adalah semua kasur yang dijemur berwarna sama, yaitu hanya warna merah dan hitam. Warna hitam memiliki arti langgeng sedangkan merah artinya berani. Tradisi Mepe Kasur dilakukan menjelang Idul Adha bertujuan untuk menolak bala serta menjaga keharmonisan rumah tangga.
Tradisi Hadrat di Maluku Utara
Berbeda dari tradisi daerah lainnya, masyarakat Buton di Maluku Utara melakukan tradisi Hadrat. Tradisi ini dijalankan pada sore hari tepat saat Hari Raya Idul Adha menjelang penyembelihan hewan kurban. Hadrat sendiri ialah kegiatan pawai hewan kurban keliling sebelum mengantarkannya ke masjid yang dilakukan masyarakat setempat. Berbagai kalangan usia ikut meramaikan pawai ini, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Pawai dilakukan dengan iringan rebana serta salawat. Rombongan yang melakukan pawai diharuskan memakai kebaya atau baju adat.
Melalui beragam tradisi unik yang tersebar di berbagai daerah, terlihat jelas betapa kayanya budaya Indonesia dalam merayakan Idul Adha. Setiap tradisi mengandung nilai-nilai kebersamaan, syukur, dan penghormatan terhadap sesama makhluk hidup.
Dalam semangat merayakan Idul Adha dengan penuh makna, mari kita tingkatkan juga kepedulian dan rasa berbagi kita kepada yang membutuhkan. Sahabat baik bisa memulainya dengan Donasi di berbuatbaik.id. Seluruh donasi kamu 100% tersalurkan kepada mereka yang memerlukan. Bersama, kita bisa membuat perbedaan nyata dan merayakan Idul Adha dengan lebih bermakna.