Panti asuhan jadi tempat terakhir ketika anak-anak sudah tidak punya lagi keluarga dan sanak saudara. Salah satu panti asuhan yang masih berusaha bertahan di tengah keterbatasan adalah Panti Asuhan Sunan Muria.
Panti asuhan yang terletak di Tembalang, Semarang, Jateng ini juga menjadi pondok pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu agama. Komariah, salah satu pengurus panti asuhan, mengatakan panti ini mempunyai 30 anak dari umur 4 tahun hingga usia dewasa.
“Jadi kalau ada orangtua duafa yang mau menyerahkan anaknya, mereka info ke kami,” kata Komariah kepada tim berbuatbaik.id beberapa waktu lalu.
Komariah berujar awalnya panti asuhan ini merupakan inisiatif dia dan suaminya. Namun semakin lama, semakin banyak anak yang dititipkan namun biaya untuk menghidupi anak ini makin terbatas. Terlebih, sang suami hanya bekerja sebagai pengajar di sebuah yayasan.
“Biaya hidup biasanya dari para donatur,” sambungnya.
Namun donatur itu tidaklah cukup apalagi banyak donatur yang tidak tetap. Oleh karena itu, pasutri ini bahu membahu memenuhi kebutuhan anak-anak di panti asuhan. Kendati demikian, rumah panti asuhan tempat mereka bernaung jadi terlantar tak terurus.
Komariah menunjukkan atap bangunan yang sebagian besar sudah tidak berplafon dan kayu penyangga yang rapuh sehingga wajar saja kerap bocor di mana-mana bila hujan.
Bukan hanya itu, panti asuhan seluas 7x12 ini mempunyai dinding yang bolong-bolong serta beberapa masih berupa bilik. Lantai di panti asuhan ini masih peluran semen bahkan ada bagian rumah yang berupa tanah.
Kendati demikian, Muslih yang memilki panti ini tetaplah ikhlas. Dia mengaku sebenarnya jika ada donasi yang masuk, semaksimal mungkin akan digunakan untuk memperbaiki panti asuhan ini. Namun sayangnya masih belum cukup.
“Saya juga merasa sedih karena tiap hari saya berpikir dan berdoa bagaimana ada Adik bisa belajar dengan nyaman terutama itu walaupun seperti apa kondisinya dan saya memberi motivasi kepada adik-adik kepada anak-anak ku untuk tetap belajar itu di manapun tempatnya berada di situasi apapun kalau niat kita adalah karena ilmunya Allah ilmu Tuhan yang Maha Esa Insya Allah akan ada jalan menuju yang terbaik,” ucapnya pasrah.
Dengan mengandalkan gaji sebagai pengajar yang hanya Rp 3 juta, Muslih menghidupi 30 anak yang dititipkan kepadanya. Muslih berpegang pada satu prinsin bahwa berbuat baik lebih baik daripada diam.
“Saya akan berusaha walaupun apapun lah yang terjadi namanya sudah amanah sudah apa namanya itikad awalnya awal. Saya harus berjuang sampai napas saya,” lanjutnya.
Kepasrahan dan rasa ikhlas yang diajarkan Muslih diikuti benar oleh anak-anak di Panti Asuhan Sunan Muria, salah satunya Fuji Fathatul Ilmi. Dia mengaku nyaris putus sekolah jika orangtuanya tidak segera mengirimnya ke panti asuhan ini. Kini remaja yang disapa Miya ini telah 4 tahun hidup di panti asuhan ini dan terpisah dari orangtua.
“Karena kan keluarga saya kan emang dari keluarga yang sederhana bisa dibilang, tapi kan saya pengen gitu maksudnya biar ayah saya yang kerjanya kayak gitu tapi saya nggak. Saya pengen yang lebih soalnya capek itu kak selalu direndahkan sama orang lain,,” ucap Miya sedih.
Panti ini membutuhkan uluran tangan #sahabatbaik untuk membantu renovasi panti asuhan ini sehingga anak-anak di sini bisa nyaman tinggal. Kamu bisa mulai membantu mereka dan menuai pahala dari doa anak-anak yatim dengan klik Donasi sekarang juga.
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.
Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!