Pemuda menjadi tonggak perubahan menuju bangsa yang lebih baik. Banyak sejarah mencatat peranan pemuda sebagai motor penggerak yang membuat Indonesia menjadi lebih baik.
Kamu juga bisa mewujudkan semangat para pemuda dengan memberikan yang lebih baik untuk bangsa dengan hal yang sederhana.
Caranya dengan membantu sahabat-sahabat di sekitar kita yang lebih membutuhkan.
Foto:berbuatbaik.id
|
Salah satunya memberikan uluran tangan untuk anak-anak dan penghuni Wisma Tuna Ganda, Cimanggis, Depok. Sebagian besar dari mereka mengalami tuna ganda. Sebagai informasi tuna ganda ini merupakan kondisi individu yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih).
Salah satunya adalah Yunas yang tidak mampu berkomunikasi dengan normal, ia hanya bisa menggunakan bahasa tubuhnya untuk menyampaikan sesuatu. Yunas tinggal di Wisma tuna ganda semenjak tahun 1995 ketika dirinya masih berumur lima tahun. Sejak itu, ia dirawat serta diberikan penanganan khusus yang membantunya berkembang mulai dari cara memahami dan berkomunikasi.
Foto:berbuatbaik.id
|
Foto:berbuatbaik.id
|
Terapi itu membuahkan hasil, sekarang motorik halusnya berfungsi dengan baik sehingga dia bisa menyusun 1000 kepingan puzzle.
Kami juga menemui Dani yang menderita tuna ganda dan hanya bisa terbaring di tempat tidurnya. Saat ditemui, Dani terlihat sangat gembira ketika kami mengambil foto bersamanya. Senyum dan tawa terlukis jelas di wajahnya.
Dani berada di Wisma Tuna Ganda semenjak tahun 2004 ketika ia berusia enam tahun. Saat itu kondisinya belum bisa melakukan apa-apa. Kemudian setelah beberapa tahun menjalankan terapi juga pendidikan yang dilakukan di Wisma, sudah mulai terlihat perkembangannya.
Foto:berbuatbaik.id
|
Dani sudah bisa memahami berbagai instruksi yang diberikan. Dia juga sudah mulai bisa berbicara kepada teman-temannya dan perawat Wisma Tuna Ganda.
Yunas dan Dani menjalani serangkaian kegiatan seperti belajar bersama di kelas dan juga terapi. Kelas yang mereka jalani pun sama halnya dengan kelas-kelas pada umumnya yang dilakukan seminggu lima kali dari hari Senin hingga Jumat. Semua ini dilakukan guna untuk kebaikan serta perkembangan mereka.
Anak-anak yang tinggal di Wisma ini tentunya membutuhkan kebutuhan pokok untuk menunjang kehidupan mereka sehari-hari. Mereka juga membutuhkan barang-barang yang dapat membantu perkembangan mereka. Setiap anak di Wisma, memiliki suatu barang yang secara khusus dapat membantu motorik mereka dan menjadi salah satu barang kesukaannya, seperti Yunas dengan puzzle-nya.
Selain Yunas dan Dani, masih banyak lagi yang seperti mereka dan membutuhkan bantuan sahabat baik untuk terus semangat dalam menjalani hidup.
Ayo bersama-sama kita bantu mereka dengan mulai berdonasi dan turut ikut serta dalam program kampanye #Dimulai10k sebagai tonggak kebangkitan bangsa melalui hal sederhana untuk membantu saudara sebangsa.
Semangati Icha dan Cerebral Palsy Lainnya untuk Tegar Hidup Mandiri
Cobaan besar bagi para orang tua ketika mengetahui sang buah hati didiagnosis Cerebral Palsy. Ini yang juga dirasakan Yoyok dan Tuti, ibu dari Aisyah Cahyu Cintya atau Icha. Saat Icha lahir, ia tidak menangis dan kulit tubuhnya berwarna kuning yang membuat suster langsung menempatkannya di dalam inkubator.
Perkembangan yang dialami sangat berbeda dengan anak lainnya, mulai mata Icha terlihat juling, tidak bisa tengkurap, badan terlihat lemas dan panas, kejang sehingga sering dibawa ke rumah sakit hingga akhirnya dinyatakan cerebral palsy.
Kendati pengetahuan mengenai Cerebral Palsy masih terbatas, orang tua Icha terus berusaha membuat kondisi Icha lebih baik dengan memberikan pengobatan medis hingga alternatif. Berbagai terapi pun ditempuh Icha mulai terapi fisik hingga wicara.
Foto:berbuatbaik.id
|
Dalam kurun waktu tersebut, Icha mengalami berbagai hal yang membuatnya sempat berputus asa. Situasi ekonomi keluarga yang menghimpit dan persepsi negatif dari orang-orang membuatnya sedih. Hingga di satu waktu, dia mencoba untuk mandiri.
“Ini gelar dari tuhan mau tidak mau aku harus menerimanya dan aku bersyukur kepada tuhan” kata Icha
Icha mulai belajar membantu ibunya memasak, mencuci pakaian, dan yang terpenting Icha mulai menabung untuk menjalani terapi lanjutan. Hingga salah satu dokter menyarankan Icha untuk menjalani operasi yang hasilnya Icha bisa berjalan perlahan-lahan.
Walaupun mengalami kemajuan fisik yang signifikan, terkadang Icha merasa down karena diketahui Cerebral Palsy tidak bisa sembuh. Beruntung, Dalam bukunya “Say Hello to My World”, Icha menemukan penyemangat untuk dirinya dari grup di media sosial yang anggotanya merupakan penyandang Cerebral Palsy. Dari situ, dia mendapatkan suntikan semangat dan saling mendukung satu sama lain.
Foto:berbuatbaik.id
|
Dari interaksi ini juga lah, Icha menegaskan diri kalau penyandang celebral palsy bisa mandiri. Icha pun mulai membentuk komunitas celebral palsy yang dia beri nama Jendela Cerebral Palsy yang fokus mengedukasi masyarakat untuk mempunyai pandangan positif tentang Cerebral Palsy sekaligus membantu para penyandang untuk bisa hidup mandiri.
Bantu Ibu-ibu Duafa Bisa Rekreasi Lepaskan Penat
Bagi sebagian masyarakat, rekreasi wisata di Ancol merupakan hal yang biasa dilakukan. Namun tidak dengan banyak ibu-ibu duafa yang tinggal di sekitaran Masjid Darussalam, Kota Wisata, Cibubur, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jabar. Rekreasi bagi mereka seyogyanya merupakan hal mewah yang jarang mereka dapatkan di tengah himpitan ekonomi.
Oleh karena itu, divisi muslimah Masjid Darussalam yang diketuai Herlina menggagas acara rekreasi untuk para ibu ini. Herlina menilai hal ini penting karena bisa menghibur sekaligus memberdayakan ibu-ibu tersebut.
"Rencananya tanggal 20 November akan ada 18 bis dengan jumah duafa binaan yang ikut 561 orang. Sebenarnya intinya itu menghibur duafa supaya mereka lebih ceria kerena 2 tahun pandemi mereka gak bisa ke mana-mana karena juga tidak ada biaya," pungkas Herlina kepada tim berbuatbaik.id di kantor sekretariat Masjid Darussalam.
Foto:berbuatbaik.id
|
Menurut Herlina, sudah lama para ibu-ibu ini mendapatkan binaan dari jemaah Masjid Darussalam. Binaan tersebut berupa pelatihan dan monitoring berbagai jenis usaha kerajinan ataupun kuliner. Sehingga mereka kini sudah bisa mandiri untuk berkreasi dan berjualan sendiri.
Salah satunya Retno (22) yang ikut pelatihan dan berjualan berbagi kreasi tempat tissue, sendal, connector masker hingga tas anyaman. Ibu beranak satu ini mengaku sangat terbantu dengan adanya binaan ini sehingga dirinya bisa membantu ekonomi keluarga.
"Awalnya bunda dari Anissa ke sini kita diajarin semua, trus ada mau ikutan gak bikin buat mengembangkan karya yaudah kita ikutan. Alhamdulillah jadi pendapatan dari sini. Alhamdulillah satu pasang sendal dapat Rp 30 ribu, bisa dapat Rp 50 ribu, bisa dapat Rp 100 ribu juga," tutur dia yang bersuamikan buruh bangunan.
Foto:berbuatbaik.id
|
Retno pun mengaku senang dengan kesempatan Wisata Ceria yang ditawarkan Masjid Darussalam. Apalagi dia bisa mengajak keluarganya ikut serta dan keluar dari kepenatan sehari-hari.
"Alhamdulillah seneng ke Ancol, bisa ikut, bisa jalan-jalan. Biasanya di rumah saja," lanjutnya lagi.
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.
Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang diikuti, berikut update terkininya. Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!
Kesedihan yang mendalam menimpa keluarga Tuminah asal Cilacap, Bantarasari. Tuminah kehilangan suaminya, Damikun Madsaidi (70), akibat komplikasi organ dalam beberapa waktu lalu. Tak hanya suami meninggal dunia, saat itu Tuminah kesulitan untuk melunasi biaya pengobatan di RSUP Dr Sardjito karena tak ada BPJS Kesehatan.
"Bapak Damikun masuk klinik lalu di rujuk ke Puskesmas Aghisna, Yogyakarta. Lalu dapat rujukan lagi ke RSUD Majenang di Majenang, di RSUD para dokter sudah angkat tangan lalu dirujuk terakhir ke RS Sardjito. Bapak masuk Sardjito Sabtu malam, paginya sudah meninggal. Bapak menderita sakit komplikasi organ dalam," ungkap Kepala Dusun Bantarsari, Aden Amastur, kepada berbuatbaik.id
Foto:berbuatbaik.id
|
Sebab tak mampu membayar, keluarga pun meminta keringanan biaya lewat surat keterangan tidak mampu kepada RSUP Dr Sardjito bahkan untuk melunasi biaya tersebut, keluarga ini harus menjual barang-barang berharga mereka. RSUP Dr Sardjito yang bekerja sama dengan berbuatbaik.id berusaha membantu pelunasan biaya tersebut. Hingga akhirnya, jenazah bisa diambil dan berpulang dengan tenang.
"Ibu Tuminah sangat berterima kasih atas bantuan dari sahabat baik karena sudah membantu pembayaran dan penguburan suaminya. Beliau mendoakan agar sahabat baik panjang umur," sambungnya lagi.
Foto:berbuatbaik.id
|
Tuminah dan suami adalah pemungut barang bekas atau rongsokan. Terkadang keduanya juga bekerja di kebun orang untuk biaya makan sehari-hari. Menyedihkan, pasutri ini dikarunia 2 anak tuna netra, satu di antaranya hilang sewaktu kecil. Sementara anak ketiganya masih duduk di sekolah dasar.
Sahabat baik, untuk membantu keluarga ini, biaya yang sudah didonasikan sebesar Rp 9.655.650. Donasi begitu berarti untuk keluarga Tuminah yang hidup dalam kemiskinan dan kesusahan. Terima kasih kepada kalian yang sudah berdonasi dan ayo lanjutkan kebaikan ini untuk mereka yang membutuhkan dengan Donasi di berbuatbaik.id.
Semua donasi yang diberikan akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang juga.