Luka masih tetap membekas meski gempa di Yogyakarta pada 2006 lalu telah usai. Kesedihan itu tertanam jelas di benak Parmi. Bahkan karena gempa itu, kini Parmi duduk di kursi roda dengan keterbatasan saraf tangan dan kakinya yang melemah.
Dengan air muka nanar dan penuh trauma, Parmi mengisahkan kembali bagaimana gempa itu mengguncang hidupnya.
"Saya begitu plak itu kena tembok terus saya keduduk terus saya lihat itu apa goyang-goyang seperti mau ngeruntuhin saya. Terus saya langsung geser masih sadar saya sambil ngucap Allahuakbar Innailaihi, pokoknya ngucapnya sebatas bisa keluar entah itu salah atau benar saya langsung cuma bilang Allahuakbar, langsung saya narik ke bawah meja yang dulu untuk saya belajar waktu saya masih sekolah," ceritanya kepada tim berbuatbaik.id
Foto:berbuatbaik.id
|
Akibat reruntuhan gempa, Parmi mengalami gumpalan darah di otak. Saraf kaki dan tangannya lemah begitu juga daya penglihatan dan pendengaran. Bahkan jika sudah kelelahan Parmi bisa merasakan sakit di seluruh tubuhnya.
Dia mengaku sudah menjalani rehabilitasi selama 3 tahun setelah kejadian dan berganti-ganti obat, dokter hingga rumah sakit. Namun kini BPJS Kesehatan tidak bisa lagi digunakan.
"Ke rumah sakit daerah sudah gak bisa sudah dinonaktifkan karena perpanjangan ke rumah sakit pusat itu 3 bulan jadi selama 3 bulan itu mungkin gak terpakai atau gimana gitu ya padahal saya seminggu mesti ke sana," sambungnya.
Foto:berbuatbaik.id
|
Walau penuh derita, Parmi mulai menata hidup dan memutuskan untuk tidak menyerah. Alasannya tetap semangat tak lain karena ibunya yang dipanggil Si Mbok.
"Iya kasian kan Si Mbok kalau sudah sepuh seharusnya Si Mbok itu bahagia masa aku masih harus sambat-sambat (mengeluh) gitu jadi sakit ya saya nikmati aja mungkin ini sudah kehendak Allah, takdir Allah, harus seperti ini," lanjutnya pasrah.
Ngatidjem adalah sosok yang membuat Parmi selalu bersemangat untuk hidup. Ngatidjem adalah nenek berusia 80 tahun yang hidup dari keping-keping emping. Bersama Parmi, Ngatidjem hidup di rumah sederhana bantuan pemerintah di Dusun Ciren, Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sebenarnya Parmi bukanlah anak satu-satunya Ngatidjem, namun anak pertamanya sudah meninggal dan anak keduanya telah berkeluarga.
Foto:berbuatbaik.id
|
Hidup hanya berdua, mereka bahu membahu membuat emping melinjo. Setiap hari mereka bekerja dari pagi hingga sore menumbuk melinjo, membumbui hingga menjemurnya hingga menjadi emping. Tidak banyak emping yang mereka hasilkan setiap hari cuma sekitar 250 gram karena Parmi sudah tak bisa lagi berlama-lama menyangrai dan menumbuk melinjo.
Penghasilan mereka pun tak menentu, apalagi per kilogram hanya dihargai hanya Rp 70 ribu dan hanya menunggu pelanggan datang membeli karena Ngantidjem tak mampu lagi berkeliling.
"Ya gak betah lama karena saya menurut dokter saya gak boleh kerja karena kalau kerja berat otomatis saraf otak kan saya pelemahan motoril dari otak pusat seperti ini tapi ya gimana kalau saya gak kerja pemasukannya dari mana karena saya harus menghidupi orang tua saya ya kerja sama lah istilahnya bukan saya sendiri tapi berdua," jelas dia.
Parmi pun memendam rasa bersalah kepada sang ibu sebab Parmi pernah menjual cincin sang ibu lantaran butuh untuk biaya USG ginjal. Dia berjanji jika dia diberi umur panjang dan rezeki lagi, dia akan mengembalikan cincin kesayangan Si Mbok.
"Maafin saya ya Mbok cincinnya udah kembali ke tokonya kemarin buat berobat saya. Insyaallah kalau saya diberikan umur diberikan kesembuhan besok saya bisa membelikan lagi entah kapan saya yakin Allah pasti mengabulkan. Kemarin waktu si mbok sakit itu rasanya gimana ya saya merasa berdosa banget cincin yang dulu tak belikan untuk si mbok cuma 3 gram udah tak jual," ucapnya sembari menahan tangis.
Sahabat Baik, kisah ibu anak ini tentu menjadi pelajaran yang berharga untuk terus berjuang untuk menyambung hidup. Dukung mereka selalu untuk terus saling menopang satu sama lain dengan Donasi sekarang juga di berbuatbaik.id
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang diikuti, berikut update terkininya.
Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!
Donasi berbuatbaik.id dirasakan betul bagi Parmi. Tim berbuatbaik.id yang terbang langsung dari Jakarta menemui Parmi dan melihat proses pembangunan MCK serta budidaya ikan di kediamannya, Bantul, Yogyakarta.
Parmi mengatakan sudah mulai budidaya ikan beberapa bulan belakangan. Dia membeli ikan lele dan jenis ikan lainnya seharga Rp 2.000 per ekor sebanyak 300 ekor. Namun Parmi mengaku sempat mengalami kegagalan karena ikan-ikan yang dia beli mati.
"Saya pikir mudah karena saya sudah gak kuat jadi saya pelihara ikan walaupun masih bingung juga sih. Saya mau punya usaha baru, belum pernah sama sekali mau coba aja karena kalau bikin emping tangan saya sudah ada kelemahan motorik jadi saya pikir kalau bikin kolam ikan trus dibudidaya saya rasa lebih mudah untuk kondisi saya," ungkap korban gempa Yogya ini kepada tim berbuatbaik.id
Foto:berbuatbaik.id
|
Selain karena dirinya semakin lemah lantaran kini tangannya sulit digerakkan, ternyata budidaya ini Parmi mulai demi ibunya yang dia sebut dengan Si Mbok. Dia mengaku dirinya sudah tidak bisa membantu banyak Si Mbok dalam membuat emping namun dia ingin terus berusaha untuk ibunya. Apalagi dia hanya tinggal berdua dengan Si Mbok.
"Awalnya tangan saya normal karena benturan jadi melemah ototnya, kalau dulu rasanya cuma sakit satu tangan, terakhir sulit digerakkan walau begitu saya masih ada tanggung jawab sama Si Mbok. Kalau mau bikin emping saya sendiri sudah gak kuat, kalau Si Mbok sering kerja saya merasa kasihan makanya saya berusaha mencari solusi sekiranya saya masih bisa lakukan karena Si Mbok sering sakit-sakitan," ucapnya sambil terisak.
Foto:berbuatbaik.id
|
Beruntung berkat donasi dari sahabat baik, Parmi juga bisa membuat dia dan ibunya semakin nyaman tinggal di rumah sederhana. Parmi mengganti atap rumahnya bahkan tengah membangun toilet baru.
"Ini dulu kalau hujan langsung buru-buru naik karena gak pake atap, saya dibantu sahabat baik jadi kalau produksi emping saat hujan atau kepanasan gak buru-buru pindah. Sangat bermanfaat sekali budidaya ikan juga, yang MCK karena MCK kemarin sudah penuh dan tidak layak jadi bermanfaat sekali yang sebelahnya untuk cuci piring, dulu di sini cuci piringnya jatuh karena ga rata," jelas Parmi lagi.
Kehidupan Parmi yang semakin baik ini tak lepas dari bantuan sahabat baik dan berbuatbaik.id telah menyalurkan Rp 24.367.000. Seperti yang disebutkan Parmi, donasi dimanfaatkan untuk merenovasi rumahnya, membuat MCK baru hingga usaha budidaya ikan.
Foto:berbuatbaik.id
|
Terima kasih atas kemurahan hati sahabat baik dan jangan hentikan kebaikan untuk orang-orang kurang beruntung seperti Parmi. Cukup donasi hanya melalui berbuatbaik.id. Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang diikuti, berikut update terkininya.
Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!