Tidak ada yang lebih memilukan hati, selain hidup dengan berjuang sendiri. Itulah yang dirasakan Bija (71), pria penyandang disabilitas yang tinggal jauh di pelosok Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Dia menjalani hari-hari dengan kondisi memprihatinkan karena tidak memiliki jari tengah di tangan kanannya dan ukuran kaki Bija juga lebih kecil dari manusia biasanya.
"Saya sejak lahir tahun 1951, kaki satu mengecil, melengkung juga, jari satu hilang, hilang satu jari tangan kanan," kata Bija kepada tim berbuatbaik.id
Foto:berbuatbaik.id
|
Untuk membantunya bergerak, Bija mengandalkan tongkat kayu sebagai penopang tubuh. Terkadang dia pun jalan dengan merangkak. Beban hidup Bija bukan hanya karena keterbatasan tubuh, tetapi juga dia harus merawat anaknya, Sanjaya (22), yang terlahir dengan kondisi lumpuh dan hanya bisa berbaring dengan sekujur tubuh kaku.
Sementara istrinya sudah bercerai dan tinggal terpisah bersama anak-anak lainnya. Keduanya kini berbagi suka duka dalam rumah berpapan reyot di tengah perkebunan yang jauh dari permukiman warga. Rumah seluas 3x5 m ini pun sudah begitu renta seperti dirinya karen dimakan rayap. Oleh karena itu, dia harus rajin mengecek tiap jengkal rumah takut kalau-kalau sudah tidak sanggup menopang.
Sebenarnya Bija pernah memiliki rumah yang lebih layak sebelum bercerai dengan istrinya. Namun bangunan itu telah dibongkar istrinya dan didirikan di tempat lain. Rumah yang sekarang ini telah Bija beli seharga Rp 5 juta yang didapat dari hasil menjual pekarangan rumah lamanya.
Foto:berbuatbaik.id
|
Walau hidup penuh dengan himpitan, Bija tak pernah mau meminta. Dia bekerja menjual kayu bakar walau harus terseok-seok menjajakan kayu-kayu yang belum pasti selalu laku terjual. Kayu-kayu itu dia jual seharga Rp 10 ribu per ikat atau lebih murah jika dia ingin cepat pulang mengurus Sanjaya.
"Kalau musimnya tidak ada, habis saya punya beras, saya pergi ke saudara (warung) minta beras, berutang, itu saya minta, kalau tidak ada (beras) kembali hanya (makan) air saja, sama juga (Sanjaya) tidak makan seperti saya," tambah dia sedih.
Beruntung, Bija punya kemampuan lain sebagai tukang reparasi barang elektronik hingga payung. Kemampuan itu dia dapatkan dari belajar otodidak saat remaja.
"Kerja servis radio, servis mp3, salon, payung, mengambil kayu bakar, biasa kalau banyak datang di sini bawa kerusakannya orang, barang-barang kerusakan, biasa 300-400 ribu," lanjutnya.
Foto:berbuatbaik.id
|
Meski didera pahitnya hidup di usia yang senja, Bija tak memilih menyerah namun bersyukur kepada sang pencipta. Namun besar harapannya agar hidupnya dengan Sanjaya membaik.
"Saya inginkan dalam hati rumah, hanya kemauan ada, tidak ada dana. Saya harap, harapan saya dari tuhan dan pemerintah juga, kalau bisa membantu (Sanjaya) terserah, keyakinan tuhan karena saya protestan jadi itu di atas saya punya gereja, jadi kalau ada ketemu yang berat (cobaan) saya lari ke keyakinan tuhan. Saya lancar ke gereja kalau hari minggu, kehidupan sama saya hari-hari, saya minta dimudahkan," ucap Bija pasrah.
Sahabat baik, kemalangan Bija merupakan kesedihan bagi kita. Keputusan Bija untuk tidak menyerah pun menjadi energi kebaikan bagi banyak orang. Alangkah bahagianya Bija jika kita bersama bisa meringankan beban hidupnya bersama Sanjaya.
Tidak ada acara yang paling baik selain menolong Bija melalui Donasi sekarang juga. Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!