Siang itu, setengah berbaring, Muhammad Fahri As Sidiq (17) membaca jalinan ayat suci dengan lirih. Dia hanya bisa berbaring dan tidak bisa duduk sempurna karena penyakit Osteogensis Imperfecta yang dideritanya. Penyakit kelainan tulang ini sudah dialaminya sejak umurnya 5 tahun ang menyebabkan tulangnya mudah patah atau rapuh. Diketahui jenis penyakit ini langka dan terdeteksi 1 dari tiap 20 ribu sampai 50 ribu kelahiran.
Sani (39), ibu Fahri, mengatakan sudah tak terhitung jumlah tulang anaknya yang patah. Apalagi tulang remaja asal Cipadung, Cibiru, Bandung ini bisa patah hanya karena batuk atau tertimpa bantal. Sani pun kian cemas karena belakangan ini fraktur tulang Fahri lebih parah dibandingkan sebelumnya sehingga bisa saja patah tanpa sebab.
Foto:berbuatbaik.id
|
"Terus frakturnya di paha dua-duanya, untuk yang sekarang paha kiri kanan, itu enggak ada sebab, untuk yang paha, yang satu pas di pesantren lagi tidur tiba-tiba patah, yang satunya lagi, pas lagi pengobatan di rumah, ya udah kayak gini, tiba-tiba lagi pada ngobrol, tulangnya melentung, patah aja gitu," ucap Sani kepada tim berbuatbaik.id di kediamannya.
Sang ibu mengatakan Fahri tidak bisa sembuh dari penyakit langka ini karena tulang Fahri tidak mampu menyerap kalsium akibat gangguan pembentukan kolagen.
"Jadi kata dokter yang pernah disampaikan ke saya, vitamin dari makan asupan makanan ataupun vitamin yang dikonsumsi juga nggak bisa diserap tubuhnya, walaupun kena sinar matahari pun nggak bisa diserap, jadi untuk obat sekarang yang kemo dan lain sebagainya, hanya untuk pencegahan dari jangka waktu kalau kita lepas obat itu, ya seperti itu lagi," cerita Sani.
Foto:berbuatbaik.id
|
Dia mengatakan dari usia 5 tahun, Fahri sudah mendapatkan obat dan sebulan sekali disuntikkan vitamin D serta konsumsi vitamin D hingga terakhir disarankan untuk kemo sama dokternya. Sebenarnya kondisi Sani hampir sama dengan Fahri yang juga mengalami kelainan tulang namun tidak separah anak sulungnya ini. Dulu tangan kiri dan kakinya sempat patah hingga kesulitan berjalan dan mengangkat beban berat.
Bukan hanya berjuang menjaga si sulung Fahri, Sani juga harus mencari nafkah untuk dua anaknya. Dia sempat bekerja sebagai penjual kerupuk namun semenjak COVID-19 melanda ia terpaksa berhenti berdagang. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencari penghidupan sebagai buruh cuci setrika di rumah tetangga dengan penghasilan Rp 50 ribu sekali bekerja.
"Emang Fahri udah dititip Allah sama ibu dengan keadaan seperti ini, banyak hikmah yang udah ibu dapat, terus Ibu pengen meyakinkan sama Fahri, Fahri itu sama seperti yang lain, Fahri mampu. Kalau dianya mau berusaha pasti bisa, jadi ibu pengen kalau orang bilang nggak ada obatnya, nggak ada penyakit, ayo kita cari sampai di titik ini ada obat yang bisa masuk itu sebuah kebahagiaan buat ibu sendiri, orang itu selama kita masih bisa ikhtiar selama kita bisa mencari terus. Enggak mungkin enggak ada," jelas Sani.
Foto:berbuatbaik.id
|
Menurut dia dalam masa pertumbuhan, setiap kali Fahri mengalami fraktur tulang biasanya perlahan tersambung kembali secara alami namun wujud tulangnya menjadi tidak sempurna, seperti tulang betis, paha, rusuk, siku, lutut hingga bahu Fahri yang terlihat bengkok dan tak beraturan. Selain itu, tulang dada dan punggungnya menonjol sehingga membuat Fahri kesulitan bernapas begitupun melakukan aktivitas lainnya. Kondisi ini pun membuatnya hanya bisa berbaring, kalaupun duduk dia harus ditopang dengan tangan dan tak bisa lama.
"Pegel gitu kalau posisi nggak nyaman tuh cepet pegel. Kalau pegel tulang punggung, kalau ke yang lain mah nggak. Kalau yang di paha mah jadi nggak bisa ditekuk nggak bisa duduk sila, kalau yang sini belakang ke lehernya tuh pegel gitu, terus nggak bisa terlalu nengok," ucap Fahri.
Walaupun diberi cobaan seperti itu, Fahri tak mau menyerah pada keadaan dia bermimpi menjadi seorang hafiz atau penghapal Quran. Sebab keinginannya itu, dia selalu menyempatkan diri menghapal Alquran
"Pengen coba biar lebih bermanfaat, lebih tenang, lebih ke arah nggak emosional gitu. Supaya bermanfaat buat banyak orang," lanjut Fahri.
Fahri sebelumnya sempat mengenyam pendidikan agama Islam di Daarut Tauhid Bandung namun fraktur tulangnya semakin parah sehingga ia terpaksa meninggalkan pesantren tersebut. Kendati demikian, Fahri optimis dan berharap Allah memberikan keajaiban agar bisa kembali berjalan lagi.
Foto:berbuatbaik.id
|
"Sehat aja kayak dulu biar bisa ke mana-mana biar gampang dan masuk surga," harap dia.
Meski osteogenesis imperfecta belum bisa disembuhkan, namun fahri tidak pernah patah semangat. Begitu besar harapannya, untuk bisa berjalan dan beraktivitas kembali hingga untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang Hafiz. Namun itu semua dibutuhkan kesabaran, dukungan keluarga dan sekitar, hingga penangan medis yang tidak murah agar fahri bisa menjalani hidup lebih baik dan lebih mandiri.
Dengan uluran tangan dari sahabat baik lah, semua itu berawal dan hidup Fahri bisa berubah menuju ke arah yang lebih baik. Mulai sekarang juga, ayo mulai Donasi untuk Fahri.
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.
Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!
Belum genap seminggu tim berbuatbaik.id mengunjungi rumah Fahri yang terletak di Cipadung, Cibiru, Bandung. Fahri dan ibunya, Sani menyambut kami dengan penuh haru.
Dalam kesempatan tersebut, Sani membawa kabar tak begitu bagus karena Fahri harus kembali menjalani kemoterapi dan mengonsumsi obat serta vitamin D untuk mengembalikan kekuatan tulangnya.
“Kita kan harusnya berhenti, kemaren teh harusnya udah selesai tapi dari hasil itu ternyata untuk kemo lagi. Dari hasil itunya, tadinya mau pasang alat juga biar ngga terlalu bengkok cuman pas hasil DMB-nya jelek juga. Ngga mumpuni, kayaknya masih rapuh di bawah rata-rata juga. Jadi kalo kita paksain pasang alat takutnya patah. Iya jadi paling dikuatin dulu, minumin obat gini, kemo, vitamin D nya masih terus lanjut.” tutur sang Ibu siang itu kepada tim berbuatbaik.id.
Foto:berbuatbaik.id
|
Sani juga sempat menunjukan hasil rontgen terakhir Fahri. Kondisi tulang belakangnya bengkok hingga masuk ke bagian tulang ketiak. Fahri pun kini tak bisa berbuat banyak lantaran salah pergerakan sedikit bisa saja kondisi tulangnya akan semakin memburuk.
Mengetahui kondisi pengobatan Fahri tersebut, Sani tak lantas putus asa. Dia dengan bijak memanfaatkan donasi dari Sahabat Baik dengan membuka warung yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Dibantu oleh anak angkatnya, Sani menjual aneka jajanan anak SD, mulai dari kentang goreng hingga tom yum yang Sani masak sendiri. Penghasilan yang didapatkan memang tak banyak tetapi cukup untuk digunakan melanjutkan hidup. Dari usaha ini, dia bisa mendapatkan penghasilan Rp 100 ribu bersih per hari dan dirinya mengaku senang karena dagangannya selalu laris.
Perjuangan Fahri untuk terus menghafal Qur’an juga masih berlanjut. Meski kondisinya membatasi pergerakannya, ustaz yang mengajar Fahri memberikan keringanan untuknya. Fahri diperbolehkan menghapal dari rumah dan menyetorkan hapalannya melalui video call. Sani pun berinisiatif membelikan ponsel baru untuk menunjang kegiatan sang anak.
Foto:berbuatbaik.id
|
“Kata ustaznya udah aja lewat online aja. Jadi dia kalau udah mau setor hafalan lewat HP. Kemarenan lagi ga mau ga mau ngapal. Ustaznya ke sini, pas lagi kemo juga Aa Gym dari itu sempet ngirim voice note buat nyemangatin. Tadinya udah gak mau, udah gak mau pesantren lagi gak mau ngapal lagi.” cerita Sani.
Ucapan syukur dan terima kasih turut Sani sampaikan kepada Sahabat Baik atas bantuan berupa donasi yang telah disalurkan. Sani merasa bahwa ada harapan baru untuknya agar tetap semangat merawat Fahri demi kesembuhannya.
"Terima kasih banyak buat berbuatbaik. Apa ya buat Ibu mah, berasa numbuhin harapan baru. Apa namanya, berasa ada jalan lagi, dikasih jalan lagi," ujar Sani terharu.
Foto:berbuatbaik.id
|
Kisah Fahri dan sang Ibu tak akan berhenti. Keduanya tak akan berpasrah pada takdir. Sani dan ketelatenannya merawat serta menghidupi sang anak menjadi bukti bahwa tak ada Ibu yang akan berhenti mengasihi anaknya. Adapun total donasi yang telah diberikan sebanyak Rp 25.905.000 yang telah dimanfaatkan untuk membuka usaha dan membantu biaya obat tak ditanggung BPJS Kesehatan serta akomodasi selama kontrol ke rumah sakit.
Sahabat Baik berkat uluran tanganmu, kamu berhasil membantu Fahri dan sang Ibu untuk bangkit. Semangat hidup di mata keduanya semakin terpancar.
Mari bantu teman-teman lainnya yang membutuhkan uluran tanganmu dengan mengunjungi website berbuatbaik.id. Ada berbagai kategori donasi yang bisa kamu ikuti dan bantu. Ayo ambil langkah memberi perubahan penuh makna untuk sesama dengan mulai berdonasi di berbuatbaik.id. Donasi 100% tersalurkan.