Anak adalah masa depan bangsa. Oleh karena itu, hak anak untuk mendapat pendidikan ini bahkan sudah diamanatkan oleh PBB. Namun sayangnya hak akan pendidikan ini sering kali terbentur oleh keadaan.
Hal ini bisa dilihat dari kondisi anak-anak di pesisir Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. Banyak di antara anak-anak ini yang tidak mendapat pendidikan. Alasannya tak lain karena keterbatasan ekonomi, apalagi mereka dibesarkan tanpa ayah dan ibu.
Foto:berbuatbaik.id
|
Contohnya saja Irawan dan Desti yang hanya tinggal dengan sang nenek. Anak yatim piatu ini sudah terpaksa mencari rupiah demi bertahan hidup. Irawan (11) hampir putus sekolah sampai akhirnya ada bantuan untuk melanjutkan pendidikannya di bangku kelas satu madrasah ibtidaiyah Al jihad Cilincing.
Bersama temannya, Irawan memungut ikan asin yang dijemur para nelayan untuk dijual. Mereka tak peduli panasnya matahari hingga kulit mereka hitam terbakar.
Foto:berbuatbaik.id
|
"Kadang dapat 200 ekor lebih, itu Rp 20 ribu. Buat beli nasi beras," jelas Irawan kepada tim berbuatbaik.id.
Semenjak ibunya meninggal dua tahun lalu, hidup Irawan terasa berbeda. Bocah ini pun harus menahan rindu kepada sang ibu sedari usia dini.
"Sering kangen. Biasanya kalau tidur sambil lihat foto mama," ucapnya lirih.
Perasaan rindu yang menggelayut ini juga dirasakan kakak Irawan, Desti. Di umur 14 tahun, sulit bagi Desti untuk tidak lagi merasakan kasih sayang ibu.
"Kangen banget. Biasanya baca surat Al Fatihah terus baca surat Al-Ikhlas supaya mamanya tenang di alam kubur," tandas Desti.
Foto:berbuatbaik.id
|
Berbeda dari adiknya, Desti tidak lagi bersekolah. Sudah 2 tahun Desti tidak lagi duduk di bangku sekolah. Dia harus mengubur mimpinya dan ikut sang nenek mencari rupiah dengan menjadi pengupas kerang.
"Kalau Desti suruh ngupas Desti mau, karena karena kalau nggak ada nenek mau makan pakai apa lagi. Kalau bapak di Makassar, mama udah nggak ada," sambungnya.
Desti dan sang nenek mendapat upah Rp 50 ribu setiap hari dengan menjadi pengupas kerang. Namun pendapatan itu tidak pasti karena bergantung dari musim.
Foto:berbuatbaik.id
|
Sang nenek, Hatijah (64), yang menjadi tumpuan 2 anak ini sebenarnya tak kuasa melihat cucunya bekerja.
Apalagi dia tidak bisa memberikan kehidupan yang nyaman karena hanya tingga di rumah semi permanen yang luasnya tidak lebih dari 15 meter persegi. Dinding rumahnya pun hanya berupa triplek dan tambalan kayu seadanya. Bahhkan untuk mandi dan buang air besar, mereka harus mengandalkan MCK umum yang berbayar Rp 2 ribu per sekali pakai.
Sahabat baik, tak terbayang betapa susahnya hidup kakak beradik ini. Hanya kebaikan yang bisa membuat masa depan mereka lebih baik dan sahabat baik lah yang bisa meringankan beban mereka.
Caranya sederhana. Hanya dengan mulai Donasi dan mendoakan agar kelak kehidupan anak-anak pesisir segera terbantu. Yuk mulai Donasi sekarang hanya melalui berbuatbaik.id. Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!