Tak ada yang lebih memilukan bagi orang tua, melihat anak kembarnya lahir tidak seperti pada umumnya. Kisah pilu ini datang dari Deli Serdang, Sumatera Utara. Adam dan Malika (1) lahir sebagai Conjoined Twin Omphalopagus atau kondisi dengan tubuh yang menyatu di bagian perut.
Sang ibu, Defi Patmita, tak menyangka anugrah anak kedua yang dia kandung dahulu diberikan cobaan seperti ini. "Sedihnya ke anaknya nanti besarnya kayak gimana, Kalau masih ini dia nggak ngerti nanti pasti dia bertanya kenapa kenapa kami gini gitu ya saya pikirkan sekarang mau jawab apa gitu," terang Defi kepada tim berbuatbaik.id.
Foto:berbuatbaik.id
|
Defi menceritakan sejak awal dokter telah memperingatkan dirinya akan resiko bayi kembar siam tersebut. Sebelum dokter memberitahunya, Defi juga mengaku tidak tahu anak yang dia kandung kembar.
"Kalau hamil sih ngerasa sehat-sehat aja karena bergerak di perut dia kencang, saya nggak tahu kalau itu kembar, tapi kok besar, beda sama yang pertama ini besar sekali jadi kami USG itu udah 7 bulan. Pertama 7 bulan, lalu dijelaskan dokter itu bahwa ini kembar siam, tapi dempetnya itu nggak tahu, terus kami ngga percaya kami ke rumah sakit lain, Rupanya sama kembar siam, terus kami dirujuk ke Adam Malilk. Pas pertama-tama tahu hancur (hati) gimana lah tapi kalau sekarang ini ikhlas," jelas Defi panjang lebar.
Setelah lahir pada November 2021 lalu, Defi diberi pilihan terkait operasi pemisahan anak kembar. Namun Defi menolak dengan alasan tak mau kehilangan salah satu buah hati. Bahkan ada pula risiko kematian keduanya.
"Kalau pemisahannya nggak bisa dipisah, saya disarankan pilih salah satu. Saya nggak mau. Jadi kami kami urus aja dua-duanya, pemisahannya nggak bisa memang," terang dia.
Foto:berbuatbaik.id
|
Dengan keputusan itu, kini kondisi Adam dan Malika masing-masing memiliki kepala dengan organ otak, jantung, sepasang paru-paru, hati, lambung, serta dua tangan. Namun, mereka harus berbagi organ usus besar, kandung kemih, dan hanya memiliki sepasang kaki. Sementara Adam mengendalikan kaki bagian kiri, Malika mengendalikan kaki bagian kanan.
Sehari-hari kedua anak ini terbiasa pindah secara perlahan dengan batuan otot tangan dan pinggangnya. Namun saat berjalan, hanya satu anak saja yang bisa mengendalikan tubuh keduanya. Satu anak lainnya dalam posisi terlentang dengan posisi badan dan kepala di lantai.
Adam dan Malika juga harus rutin kontrol ke rumah sakit setiap satu bulan sekali karena kondisinya memerlukan perhatian khusus, terutama di bagian organ pencernaan dan anusnya. Saat usianya baru 14 hari, Adam dan Malika menjalani operasi kolostomi yaitu prosedur pembedahan untuk membuat lubang anus baru di perut keduanya. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki anus yang normal saat lahir. Bahkan, perut mereka sempat membuncit karena buang air besarnya tidak lancar. Rencananya pada usia 3 tahun, Adam dan Malika akan kembali melakukan operasi anus lanjutan dengan catatan kondisi keduanya sehat.
Sejak memiliki lubang anus di dinding perutnya, Adam dan Malika mau tak mau bergantung pada kantong kolostomi, alat kesehatan yang berguna untuk menampung feses. Wadah tersebut perlu diganti setiap sebulan sekali dan memakan biaya minimal 3 juta. Hal itu belum termasuk kebutuhan utama, seperti susu dan pokok.
“Kantong itu satu hari kadang 3 kadang 2, jadi kira-kira kalau sebulan itu 23 kotakan. Satu kotaknya harganya Rp. 1.050.000 artinya ada 3 juta sendiri untuk kantong buangan itu kalau colostomy bag,” ujar Defi.
Foto:berbuatbaik.id
|
“Popok, tisu basah, tisu kering, susu. Susu habisnya satu hari dia, yang 1.000 gram itu 2 hari,” tambah Defi.
Banyaknya kebutuhan yang diperlukan, membuat Ali merasakan tanggung jawab yang besar di pundaknya sebagai kepala keluarga. Apalagi Ali hanya bekerja untuk menghidupi keluarganya sebagai kuli bangunan serabutan. Namun, upah yang didapat dalam sehari hanya RP 90.000. Keadaan semakin memburuk karena beberapa minggu belakangan ini, tidak ada orang yang menggunakan jasa Ali.
Meski begitu, Ali tidak putus asa. Saat tidak ada panggilan pekerjaan, Ali berusaha menyambung hidup dengan berjualan pulsa di sebuah toko kecil, tepat di pinggir Jalan Pecut Pematang Lalang, Deli Serdang. Ia berjualan voucer pulsa dan token listrik dengan penghasilan sehari kurang lebih Rp.10.000 sampai Rp. 15.000. Hal ini sudah berlangsung selama sebulan.
“Ini kenapa buka ini Ini baru sebulan buka, itu pun nanti pas lagi nggak ada kerja bangunan di jaga ini,” ujar Ali.
Sebagai orang tua, Ali dan Defi tentunya mengharapkan kesembuhan bagi anak kembarnya. "Perasaannya gimana ya, sedih lah. Ya sedih, cuma lama-lama banyak yang ngasih tahu anak bawa rezeki, mau nggak mau diterima. Sayang lah Bu. Harapannya sih mudah-mudahannya cepat (operasi) mudah-mudahan adalah bisa dipindahkan tapi kalau untuk pemisahan nggak bisa pun nggak apa-apa," harap Ali.
Kisah kembar siam dengan tubuh yang menyatu ini menjadi panggilan hati untuk kita. Sekaligus pembelajaran bahwa bagaimanapun keadaannya, orangtua menerima apapun keadaan sang buah hati. Mari bersama kuatkan hati mereka dengan peduli dan mulai Donasi sekarang juga melalui berbuatbaik.id.
Semua donasi yang diberikan akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang juga.
Adam dan Malika, anak kembar siam yang sedang berjuang untuk melawan kekurangannya, kini telah mendapatkan berkah yang luar biasa dari para sahabat baik.
Sang ibu, Defi, menyampaikan kabar bahagia bahwa kesehatan Adam dan Malika saat ini stabil, walaupun pada 2 bulan yang lalu sempat sakit dan dirawat di rumah sakit selama 4 hari.
Kini, Adam dan Malika sudah kembali ke rumah meskipun masih harus melakukan kontrol ke rumah sakit setiap tiga bulan sekali untuk melihat tumbuh kembangnya. Selain itu, perkembangan untuk operasi BAB juga masih diperhatikan.
Foto:berbuatbaik
|
“Dipakai untuk kantongannya, BAB-nya kan pakai kantongan. Kantongannya itu mahal,” jelas Defi kepada tim berbuatbaik.id.
Defi juga menjelaskan bahwa donasi yang diberikan oleh sahabat baik juga dimanfaatkan untuk membeli susu dan kebutuhan Adam dan Malika lainnya.
Donasi yang diberikan oleh sahabat baik juga digunakan untuk segala keperluan Adam dan Malika karena saat ini keluarga ini masih mengandalkan nafkah ayahnya yang bekerja sebagai pekerja bangunan.
“Intinya berubah lah bu, terbantu sekali dengan mendapatkan donasi,” jelas Defi.
Foto:berbuatbaik
|
“Saya bernama Defi Patmita orang tua dari Adam dan Malika ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan rekan berbuatbaik dan sahabat baik. Semoga semakin sukses, diberi rezeki yang melimpah. Donasinya kami mempergunakan dengan baik. Kami telah membelikan kantung BAB-nya dan membeli keperluan untuk Adam dan Malika. Sekali lagi, kami mengucapkan terima kasih untuk sahabat baik”, tutup Defi dengan penuh syukur.
#SahabatBaik, donasi yang kalian berikan untuk Adam dan Malika sangat berarti untuk membantu keluarga ini melengkapi kebutuhannya. Donasi yang telah terkumpul sebesar Rp 30.002.108 disalurkan sepenuhnya memberikan secercah harapan baru dan memberikan semangat untuk mereka.
Yuk terus bersama menjadi bagian dari perubahan positif. Mari berbuat baik dan menyebarkan kebaikan melalui donasi berbuatbaik.id yang 100% tersalurkan.