Bekerja adalah cara menjadi manusia seutuhnya. Maryani menyadari betul hal itu meskipun fisiknya sudah terbatas lantaran kecelakaan hingga membuat tulang pergelangan kaki kiri dan kanan serta bahunya bergeser. Tak mau menyerah sejumlah tindakan medis hingga pengobatan alternatif dia pernah jalani.
"Saya mau nyebrang sudah di garis putih depan sini mau manggil orang setrika. Udah perbatasan putih ini langsung sikat dari sana sepeda motor. Kata dokter bukan retak kalau yang ini mlengse ajur (miring sekali) yang kanan ini ini balung (tulang) udah keluar sini
Ini untuk berdiri aja belum boleh," jelas Maryani kepada tim berbuatbaik.id di kediamannya do Desa Bongkor, Kecamatan Tumpang, Kab Malang.
Foto:berbuatbaik.id
|
Kondisi memprihatinkan bukan hanya pada Maryani, begitupun belahan hatinya, Hasyim. Gerakan Hasym harus serba hati-hati sebab dia menderita parkinson. Jika dia sedang kambuh, tangan dan kakinya bergetar dan lemas. Penyakit ini telah dideritanya sejal 2008 dan tidak ada ujungnya karena tak bisa lagi kontrol ke dokter sejak istrinya sakit. Dia hanya mengandalkan obat untuk meminimalisir penyakitnya.
"Tapi minum obatnya harus 6 jam gak bisa diawalin dan harus seumur hidup. Iya seperti makan nasi Kan setiap hari makan nasi. Kalau sudah waktunya minum obat yang paling rasa nggak enak itu di ulu hati seperti nyeri seperti kembung seperti keras gitu Nanti kalau habis minum makan banyak nggak apa-apa ngerasa enak lemes sama ini kaku," jelas Hasyim.
Kendati demikian, Hasyim tetap menjalankan tugasnya sebagai suami yang setia menemani. Hasyim mengantar Maryani ke manapun, temasuk berbelanja sayur. Dalam keseharian pasutri ini saling menopang. Maryani bekerja sebagai tukang tambal ban yang penghasilannya tidak pasti.
"Kadang-kadang orang nambal nggak punya uang, ya nggak apa-apa sering kalau gitu. Ikhlas ya nggak apa-apa nanti ada rezeki yang lain. Sebenarnya ya Nggak cukup lah (nafkah dari nambal ban) tapi ya gimana lagi. Cukup nggak cukup di cukup-cukupin," tutur Maryani.
Foto:berbuatbaik.id
|
Dulu Maryani masih bisa sigap bekerja namun sekarang kecelakaan membuat tulang pergelangan kaki dan bahu patah. Sehingga setiap menambal ban, dia harus menahan sakit. Alhasil pendapatan dari menambal ini tidak bisa maksimal.
Hasyim juga turut membantu bekerja di kios tambal ban yang letaknya di depan rumah mereka. Hasyim biasanya melayani pelanggan yang membeli bensin dengan keuntungan Rp 1000 per tiap liter.
Tak mau bersandar dari pekerjaan penambal saja, Maryani juga bekerja sebagai buruh pembukus permen di usaha rumahan dekat rumah. Dari situ, dia mendapatkan upah Rp 1000 per kg. Dalam sehari dia bisa mengerjakan 10 kg yang dari penghasilan itu dia bisa menutup biaya pengeluaran rumah tangga.
Selain bekerja mencari nafkah, Maryani juga tetap sibuk dengan urusan rumah tangga, seperti memasak walaupun dalam kondisi serba terbatas karena kursi roda tidak cukup di rumahnya. Oleh karena itu, Maryani mengandalkan bangku plastik yang diseret-seret sendiri.
Foto:berbuatbaik.id
|
"Sebenarnya cukup kalau buat makan cuma keadaan kedua-duanya sakit semua gini ya nerima apa adanya lah mau gimana ini kan takdir Tuhan nggak bisa dilawan," ucap Hasyim pasrah.
Sahabat baik, kita bisa belajar dari kepasrahan pasutri ini namun kita juga bisa menguatkan mereka dengan dukungan dan doa. Kamu bisa meringankan beban hidup mereka dengan mulai Donasi berbuatbaik.id.
Semua donasi yang diberikan akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang juga.