Pahitnya kehidupan dirasakan betul oleh Casem (39). Bertahun-tahun, di dan dua anaknya tinggal di gubuk reyot yang nyaris rubuh.
Casem merupakan warga Dusun Sarimulya, Desa Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Weran, Kabupaten Karawang. Di rumah gubuk reyot itu, Casem tinggal bersama dua orang anaknya dan satu adik lelakinya.
Sudah sejak lama Casem hidup dengan penuh keterbatasan. Kondisinya makin buruk tatkala suaminya meninggal dunia tahun lalu.
"Suami saya meninggal tahun lalu, di sini tinggal berempat, anak saya 2 sama adik saya, dia masih bujang kerja serabutan," ujar Casem saat ditemui detikJabar belum lama ini.
Gubuk reyot yang ditinggali Casem memiliki ukuran sekitar 6x10 meter. Rumah berdinding bilik ini kondisinya mengkhawatirkan. Apalagi saat hujan turun, Casem mengaku nyaris tak bisa tidur. Penyebabnya, air hujan masuk melalui celah-celah genting yang pecah.
Foto:Irvan Maulana/detikJabar
|
"Begini masih mending, kalau hujan itu pak, apa lagi malam, anak saya nangis aja, sampai bingung mau tidur di mana karena ranjang basah genteng bocor, kalo angin kenceng juga saya takut ketimpa rumah," ucap Casem sembari menunjuk atap rumahnya.
Casem mengungkap, ia sempat beberapa kali didatangi pegawai desa setempat dan dimintai identitasnya. Tujuannya untuk pengajuan rumah tinggal layak huni (rutilahu) kepada pemerintah. Casem sempat punya harapan bisa tinggal di rumah yang layak. Namun, harapan nampaknya harus dikubur sementara. Sebab hingga saat ini, belum ada kelanjutan dari wacana pengajuan rutilahu tersebut.
"Ada sempat datang itu aparat (pegawai desa) tanya KTP saya, nanya KK, sama difotoin SPPT, katanya buat diajukan program rehab rutilahu, datang beberapa kali, tapi sampai sekarang gak ada perbaikan," ungkapnya.
"Yah saya pengen segera diperbaiki, bukannya apa-apa ini ada anak bayi loh di sini, anak ini yang bikin saya was-was, khawatir tinggal di rumah kaya gini," kata dia menambahkan.
Casem sendiri mengaku selama ini untuk biaya sehari-hari menumpang pada adiknya. Meski demikian, pekerjaan sang adik tak menentu alias serabutan.
"Dulu suami saya kerja serabutan juga kadang bertani, kuli bangunan, tapi yang namanya ada suami buat makan gak susah-susah amat. Tapi sekarang kita cuma numpang makan dari hasil kuli ade saya," kata Casem dengan nada lirih.
Kedua anak Casem memang belum mandiri. Sebab si sulung kini baru saja lulus SMP dan hendak masuk SMA, sedangkan anak bungsunya masih berusia dua tahun. Kondisi tersebut juga membuat Casem punya keterbatasan dalam beraktivitas.
"Ya saya mau kerja gimana, anak juga masih bayi, kakaknya baru mau masuk SMA, saya suruh sekolah jangan sampai putus. Makanya yang usaha cuma ade saya, itu juga saya kasian gak enak dia masih mau bantu saya sama ponakannya," kata dia.
Dihubungi terpisah, tokoh masyarakat setempat Kusman Hardiana mengaku dirinya mengetahui kondisi Casem. Dia bahkan kerap mengunjungi keluarga Casem dan memastikan kondisi kesehatannya baik.
"Iya saya tahu, saya juga sering tengok karena khawatir ada apa-apa misal anaknya sakit, cuma terkait kondisi rumahnya itu, setahu saya juga sudah diketahui pemerintah tapi gak tahu yah kenapa belum ada (tindakan)," ujar Kusman.
Sahabat baik, kita bisa membantu Casem menghadapi nasib pilunya. Caranya sederhana dengan membantu dirinya melalui Donasi di berbuatbaik.id
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!