Pendidikan adalah hak yang harus diberikan kepada seluruh anak Indonesia tanpa kecuali. Namun tak bisa dipungkiri bahwa realitanya masih banyak anak-anak atau bahkan sampai dewasa yang belum mengenyam pendidikan. Alasannya pun beragam, mulai hambatan keuangan hingga tidak tersedianya akses dan layanan pendidikan di wilayah mereka. Kenyataan ini membuat banyak anak terpaksa tidak mendapatkan pendidikan dasar sebagaimana mestinya.
Namun ruang-ruang pendidikan itu nyatanya tanpa batas dan tanpa sekat seperti sekolah nonformal yang ada di tengah Pasar Bersehati, Manado, Sulawesi Utara. Pasar dikenal dengan aktivitas jual-beli tetapi tidak bagi Komunitas Dinding Manado. Pasar bagi komunitas ini adalah tempat belajar menulis dan membaca bagi anak-anak pasar yang masih banyak alami buta huruf.
Foto:berbuatbaik.id
|
Komunitas ini bergerak dalam memajukan pendidikan anak-anak khususnya di Pasar Bersehati sejak tahun 2010. Komunitas Dinding Manado mengupayakan peningkatan mutu pendidikan pada anak-anak di Pasar Bersehati. Hingga kini pun, ikhtiar mereka masih terus dilakukan. Biasanya mereka mengajar anak-anak dari pedagang setempat hingga orang dewasa yang belum bisa membaca ataupun menulis.
“Sasaran anak didik kami tuh semuanya tuh keseluruhannya adalah anak-anak pedagang penjual yang ada di Pasar Bersehati yang putus sekolah maupun yang sudah bersekolah. Kita dari usia paud, ngga terbatas, kalau ada orang tua yang mau belajar juga baca tulis kita terima-terima aja sih kak. Cuman kalau yang sekarang yang paling dewasa lah umurnya sekitar 22 atau 23,” tutur Vhio, perwakilan Komunitas Dinding Manado kepada tim berbuatbaik.id.
Setiap Sabtu, anak-anak maupun orang dewasa yang ingin belajar akan berkumpul di lantai satu Pasar Bersehati. Berbekal terpal dan meja-meja yang sudah usang, mereka belajar bersama. Kelas itu diberi nama Kelas Mengajar. Materi yang diberikan pun beragam, mulai dari membaca, menulis, berhitung, hingga pelajaran dasar yang biasa diujikan di sekolah.
Foto:berbuatbaik.id
|
Upaya mendidik anak-anak di Pasar Bersehati ini berguna untuk mengubah pola pikir para orang tua di pasar tersebut. Masih ada orang tua yang menyepelekan pendidikan bagi anaknya. Bahkan anak-anak di sana harus membantu orangtuanya bekerja, entah itu menjadi tukang parkir atau bahkan menjadi kuli angkut barang. Padahal di usia mereka, seharusnya mereka bisa mengeksplorasi diri lewat belajar di sekolah.
Ada kisah menarik dari salah satu murid yang tergabung ke dalam kelas mengajar. Namanya Udin. Dia seorang tuna rungu berusia 23 tahun yang sudah mengikuti kegiatan belajar dengan Komunitas Dinding Manado sejak 2010. Meskipun terhambat akan kekurangannya, niat Udin untuk belajar tak pernah padam.
Sehari-hari pun Udin juga membantu mencari nafkah dengan memungut botol-botol bekas. Sementara kedua orang tuanya berjualan di pasar. Para relawan senang akan kehadiran Udin, karena selain belajar Udin juga berinisiatif membantu mereka menyiapkan kelas. Mulai dari menggelar tikar atau terpal hingga membereskan meja-meja yang sudah selesai dipakai.
Foto:berbuatbaik.id
|
Dahulu Udin dikenal sebagai sosok yang kurang percaya diri dan tidak suka bersosialisasi. Namun semenjak bergabung dengan kelas belajar, Udin menjadi lebih percaya diri. Perkembangan Udin terlihat meski tak secepat anak-anak yang lain. Ia suka sekali menggambar. Relawan pun mendukung Udin untuk terus menggali potensi dirinya lewat menggambar tersebut.
Komunitas Dinding Manado juga menjelaskan mereka hanya mengandalkan tikar ataupun terpal dan meja-meja yang sudah usang saat proses belajar mengajar. Ada kalanya mereka harus berpindah tempat lantaran pemilik ruko mengusir mereka. Mereka mengharapkan adanya bantuan untuk menyewa tempat pelaksanaan kegiatan mengajar setiap hari Sabtu itu.
“Kita ada masalah soal tempat, 13 tahun kita gak punya tempat sendiri. Karena tidak ada donatur tetap kita gak ada anggaran untuk memiliki ruangan belajar sendiri di daerah pasar. Karena biaya sewa di pasar mahal ya kak. Puji tuhan nya kita dibantu masyarakat yang sukarela memberikan tempat untuk belajar tetapi kadang disuruh pindah tanpa persiapan. Terus ada kesulitan di alat tulis sih. Biasanya selesai kelas kita memberikan ATK dan snack,” jelas Vhio lagi.
Kisah Komunitas ini menjadi cerminan betapa masih banyak anak-anak yang masih memerlukan pendidikan. Bantuan dari sahabat baik tentu akan menjadi motivasi mereka meraih mimpi.
Yuk semangati mereka dengan Donasi ke berbuatbaik.id. Kabar baiknya, donasi yang kamu berikan 100% tersalurkan tanpa potongan biaya apapun.
Bagi kamu yang sudah mengikuti campaign donasi akan mendapatkan notifikasi yang memuat informasi terkini dari para penerima donasi. Selain itu, kamu yang memiliki komunitas juga dapat mendaftarkan komunitasmu untuk memberikan bantuan kepada para penerima donasi.
Ayo tebarkan kebaikan dan bantu mereka yang membutuhkan mulai sekarang!