“Mah, Dede harus kuat ya”.
Dalam keadaan nyaris tak sadarkan diri, kalimat itu terucap dari bibir kecil Nafeeza (3). Seakan ingin menguatkan ibunda yang tak henti menangis kala dirinya kritis.
Kisah memilukan itu diceritakan oleh Resti, ibu Nafeeza, saat tim berbuatbaik.id mengunjungi kediamannya di Ciomas, Bogor beberapa waktu lalu.
Foto:berbuatbaik
|
Nafeeza bahkan menderita penyakit autoimun langka yang belum teridentifikasi. Nafeeza juga harus melawan banyak penyakit lainnya yakni alami jantung bocor, dan GERD kronis.
Penyakit ini membuat Nafeeza selalu bolak balik rumah sakit hampir setiap hari. Rangkaian penyakit itu juga sebabkan ia sering tak sadarkan diri, diare berkelanjutan, muntah darah, dan kejang. Imun yang lemah sebabkan Nafeeza selalu demam dan mudah terjangkit penyakit setiap kali melakukan kontak dengan orang lain. Nafeeza bahkan pernah BAB hingga 34 kali dalam sehari.
Diceritakan Resti, pada umur 4 bulan, Nafeeza mengalami kejang-kejang yang kini berdampak secara permanen dalam kemampuan menelannya. Hal ini membuat Nafeeza sangat bergantung pada selang untuk memasukkan susu agar dia mendapatkan nutrisi sehari-hari ke dalam tubuhnya. Susu yang tiap harinya menghabiskan Rp 350 ribu.
Foto:berbuatbaik
|
Di tengah banyaknya obat yang harus Nafeeza konsumsi, anak bungsu ini juga miliki ADHD Hiperaktif yang menambah daftar obat yang harus ia konsumsi, yaitu obat penenang. Semua ini dilakukan agar Nafeeza tak membahayakan badan kecilnya yang sudah sangat rapuh.
“Dulu tiap minggu ke 12 poli, 12 dokter. Sekarang udah berkurang, seminggu cuma 3x.
nanti pulang kontrol suka demam, karena dikerubungi banyak orang. Makanya aku berangkat jam 4 subuh pakai kereta,” ujar Resti.
GERD Kronik yang diidap Nafeeza pun mengundang tanda tanya bagi para dokter yang merawat Nafeeza. Pasalnya, GERD jenis ini harusnya baru bisa muncul di anak usia 15 tahun, tapi nyatanya menjangkiti tubuh anak kecil ini.
Foto:berbuatbaik
|
Penyakit ini juga masih meninggalkan tanda tanya besar bagi para dokter dan ahli di RSCM. Segala macam test dan uji lab telah dilakukan, namun belum ada titik terang yang pasti akan diagnosanya.
Oleh karena itu, atas saran dokter, ibunda Nafeeza diminta untuk mengirimkan sampel darah untuk mendiagnosa sebab dan musabab penyakitnya ini. Namun pengiriman ini tidak gratis perlu dana yang besar yang tak sampai saat ini tak dipenuhi keluarga Nafeeza.
Sebab, pekerjaan ayahnya hanya sales harian yang baru cukup untuk memenuhi kebutuhan susu sehari-hari saja.
“Makanya Nafiza harusnya pemeriksaan keluar negeri. Dokter sudah nyaranin kalo enggak ke Amerika, dia ke Jerman cuma biayanya itu 13,5 juta,” ungkapnya.
“Meski dokter sendiri bilang penyakit Nafeeza adalah seumur hidup tidak bisa disembuhkan, aku percaya diagnosa manusia hanya sebatas diagnosa tapi kan kita enggak tahu diagnosa Allah seperti apa,” sambungnya Resti diiringi air mata.
Sahabat Baik, perjuangan ini masih sangat panjang bagi Nafeeza. Mari bersama ringankan beban keluarga kecil ini dengan mulai Donasi hanya melalui berbuatbaik.id. Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.
Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang diikuti, berikut update terkininya.
Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!