Taufiq Alfarizi (3) dengan senyum gemasnya menyambut tim berbuatbaik.id di kediamannya di kawasan Cilodong, Depok. Namun siapa sangka di balik polahnya yang begitu lucu, Taufiq berjalan dengan terseok seok, tangannya menekuk, kakinya pun tak sempurna menapak. Adiknya, Zahra Khadeejah (1) juga memiliki kondisi yang memprihatinkan. Tubuhnya begitu mungil tak seperti anak-anak lainnya akibat stunting dan gizi buruk. Tak heran dia tidak selincah anak seusianya ketika bermain. Bahkan berat badannya saat ini hanya 7 kg, sedangkan target berat badan seharusnya adalah 9-10 kg.
Tubuh-tubuh yang sekecil ini harus berjuang melawan beratnya penyakit yang menyerang. Keduanya didiagnosa mengalami kebocoran pada jantungnya, Taufiq dengan tipe yang berat sedangkan Zahra tipe yang ringan. Sang ibu, Pida Siregar (32), harus mengurus buah hatinya meski memiliki berbagai keterbatasan.
Foto:berbuatbaik
|
Pida bercerita ketika lahir, Taufiq lahir normal sama seperti bayi lainnya. Namun hal tersebut berubah setelah ia menginjak usia 2 bulan. Taufiq kecil sempat mengalami beberapa kali henti jantung yang berujung ditemukannya kebocoran pada jantung. Kondisi tersebut tak bisa dibiarkan begitu saja, ia harus segera dioperasi untuk menghindari risiko-risiko besar lainnya yang mungkin saja terjadi.
“Dia ada beberapa titik bocor gitu ya, aku juga dulu lupa. Kalau dia itu yang tipe berat karena itu aliran darah dari apa gitu ya, pokoknya kebalik aliran darah yang bersih sama yang kotor dia kebalik, campur. Gitu dulu penjelasan dari dokternya. Pokoknya kalau yang tipe dia tipe yang berat, jadi sebelum dia waktu usia 6 bulan emang udah harus di operasi.” ungkap Pida.
“Iya, berapa kali henti jantung dia disana. Karena dulu itu juga sih, dibilang 50-50 sih mau di operasi juga belum ini, maksudnya kalau dia di operasi kita juga belum tahu risikonya, banyak risiko lah gitu. Tapi sih Alhamdulillah mungkin ada mukjizat untuk dia gitu ya, sekarang udah sehat. Cuman sekarang dia ngomong belum, masih bisa “mama” “ayah” gitu. Baru kata-kata “mamam” gitu, masih terlambat.” sambung Pida.
Foto:berbuatbaik
|
Selepas operasi, kondisi Taufiq tak serta merta membaik. Ia dinyatakan terkena stroke yang membuat seluruh bagian kanan tubuhnya tak bisa bergerak. Kondisi ini terjadi 1 hingga 2 hari pascaoperasi.
“Kalau dulu sih kata dokter dia itu kena stroke karena dia itu kan ada masalah juga di otak. Di otaknya dia sebelah kiri dulu ada penyumbatan, tapi itu terjadi karena apa waktu itu jelasnya belum tau apa karena kebentur apa karena gimana di ICU dia jadi itunya kalo dia ada masalah di otak sebelah kiri, dia ngaruh ke kanan. Kanan dia stroke, ini kaki sama tangan.” ujar Pida terkait penyakit stroke yang juga dialami Taufiq.
Tak berselang lama dari momen tersebut, lahir putri cantik bernama Zahra, adik dari Taufiq. Sama seperti abangnya, ia terlahir dengan normal dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit apapun. Setelah 3 bulan, akhirnya Zahra dicek karena riwayat abangnya yang telah mengalami kebocoran jantung. Hasilnya ternyata Zahra juga menderita penyakit yang sama dengan sang kakak, namun dengan tipe yang lebih ringan.
“Kalau adek, dia sih sekarang di fokus ke nutrisinya, karena gizinya dia kurang. Kan sekarang dia udah 1 tahun 3 bulan masih di 7 kg. Dibantu dengan minum susu, jadi biar nanti berat badannya tercapai gitu. Tapi kadang sih disitu kendalanya. Kadang kalau ada susunya bisa dia ini, cuman kadang mogok di susu. Karena dia susunya harganya lumayan.” ucap Pida kepada tim berbuatbaik.id
Foto:berbuatbaik
|
Kendala tumbuh kembang pada putri kecilnya ini yang mengharuskan Zahra minum susu khusus agar kondisi fisik serta gizinya terpenuhi. Dengan harga susu khusus yang bisa mencapai Rp 400.000/kalengnya, rasanya menjadi suatu kebutuhan yang sulit untuk dipenuhi. Penghasilan keluarga yang tak seberapa, tidak memungkinkan Pida untuk membeli susu Zahra.
Keluarga ini hanya bergantung pada penghasilan suami yang bekerja serabutan, Pida harus memanfaatkan sebaik mungkin pendapatan tersebut untuk bisa memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga. Penghasilan sang suami sebagai pekerja serabutan yang berkisar dari 2-3 jutaan masih belum mampu menutupi kebutuhan kesehatan anak-anak. Tak jarang beberapa saudara maupun tetangga mengulurkan tangan mereka untuk keluarganya.
Keadaan terendah terjadi dalam beberapa momen selama merawat sang anak. Kebutuhan yang belum bisa terpenuhi hingga ujaran orang-orang di lingkungan sekitar yang menyakitkan kerap menjadi hal yang membuat Pida terpuruk. Namun melihat buah hati yang selalu semangat, tersenyum, dan tidak pernah mengeluh dalam masa pengobatan menjadi penyemangatnya dan suami untuk tetap tidak menyerah dalam menghadapi berbagai ujian dalam hidup.
“Kadang sekarang juga sih masih gitu, kadang down kadang bangkit. Cuman ngeliat semangat mereka saya juga ikut semangat. Kalau di momennya sih kadang yang paling ininya gini. Untuk kebutuhan mereka kita belum bisa mencukupi gitu.” ujar Pida lirih.
“Kadang ada yang nge-bully, kan kita juga gak mau dong ya anak kita sakit. Tapi emang itu semua sih pelajaran untuk kita, biar kita semangat lagi lebih bangkit lagi.” tambahnya.
Setiap jadwal berobat Taufiq dan Zahra, Pida beserta ketiga anaknya harus menaiki kereta dan menggendong keduanya di depan dan belakang menuju rumah sakit. Sang kakak sulung, Putri (5), selalu hadir dan ikut menemani kedua adiknya berobat sebagai bentuk cinta kepada adik kesayangannya. Di tengah ramainya kereta pada pagi dan sore hari, Pida tempuh itu semua demi kesehatan anak tercinta. Semua rasa lelah tak lagi ia rasakan saat itu, yang ada hanya ketulusan cinta dari seorang ibu pada anak-anaknya.
Keluarga Pida beserta suami dan anak-anaknya memiliki perjalanan hidup yang menggugah hati. Taufiq dan Zahra melalui cobaan yang begitu berat pada usianya yang sangat belia. Namun, semangat serta senyum ceria mereka tetap memancar di tengah keterpurukan. Keluarga ini tetap berjuang meski dihadapkan berbagai keterbatasan maupun cobaan.
Sahabat Baik, mari bersama-sama memberikan dukungan kepada mereka dengan Donasi melalui berbuatbaik.id. Setiap donasi yang diberikan 100% tersalurkan tanpa potongan dan akan sangat membantu keluarga Pida. Bantuan dari Sahabat Baik dapat memberikan harapan serta kekuatan untuk mereka terus melangkah maju dalam menghadapi ujian kehidupan.