Pemerintah menargetkan nol emisi karbon atau net zero emission pada 2060 mendatang. Sejumlah pihak pun mendukung tujuan tersebut dengan berbagai cara. Sebagai informasi emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon, seperti CO2, solar, LPJ, dan bahan bakar lainnya. Dalam arti sederhana, emisi karbon adalah pelepasan karbon ke atmosfer.
Emisi karbon menjadi kontributor perubahan iklim bersama dengan emisi gas rumah kaca. Emisi gas yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global atau efek rumah kaca. Hal ini mengakibatkan peningkatan suhu di bumi secara signifikan.
Foto:berbuatbaik.id
|
Sampah menjadi salah satu penyebabkan naiknnya emisi karbon dan Indonesia menghasilkan 32 juta ton sampah organik per tahun dan 50%nya merupakan sisa makanan. Saat ini, di Indonesia terdapat sekitar 400 TPAS yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Indonesia dan tentu memiliki potensi menghasilkan emisi karbon apabila tidak dikelola dengan baik.
Dari hal itu, potensi gas metana yang bisa dihasilkan mencapai 11.390 ton/tahun, jumlah ini merupakan 64% dari total emisi sampah yang berasal dari 10 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Palembang, Makassar, Bekasi, Depok, dan Tangerang,
Mengutip dari WWF Indonesia, sampah-sampah tersebut dibawa dan terkubur di tempat pembuangan sampah. Kemudian, ketika sampah tersebut berada paling bawah akan mengalami pembusukan sehingga terbentuk gas metana. Gas metana akan merusak lapisan ozon bumi karena gas metana termasuk gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan perubahan iklim.
Foto:berbuatbaik.id
|
Oleh karena itu, perilaku pengelolaan sampah dibutuhkan guna meminimalisir emisi karbon yang terjadi. Mirisnya, masyarakat di beberapa daerah di sekitaran Jabodetabek, khususnya di Bantargebang (Bekasi), Muaragembong (Bekasi), dan Kamal (Jakarta Barat), masih belum sadar akan pengelolaan sampah yang baik.
Berdasarkan permasalahan tersebut, Literasi CTARSA Foundation bekerja sama dengan berbuatbaik.id menginisiasi program Literasi Lingkungan bernama Best For Our Environment atau “BESTIE" sebagai bentuk penggalangan Carbon Neutrality di wilayah binaan Literasi CTARSA Foundation.
Foto:berbuatbaik.id
|
Program ini bertujuan untuk memfasilitasi dan mengedukasi masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa terkait pengelolaan sampah, juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sampai saat ini sudah ada beberapa kegiatan dilakukan, seperti Edukasi Lingkungan terkait Sampah yang meliputi pemahaman tentang sampah, bahaya sampah, pemanfaatan sampah dan pengelolaan sampah.
Sementara Aksi Literasi Lingkungan yang telah dilakukan antara lain,
1. Mengolah Sampah (plastik) menjadi Ecobrick
2. Mengolah Sampah (plastik) menjadi Gantungan Kunci
3. Mengolah Sampah (minyak jelantah) menjadi Sabun Minyak Jelantah
4. Mengolah Sampah (baju bekas) menjadi Tote Bag
5. Mengolah Sampah (plastik) menjadi Tas Bernilai Jual
6. Mengolah Sampah (kertas) menjadi Produk Rumahan (wadah, tatakan gelas, keranjang air mineral, dll)
7. Mengolah Sampah (organik) menjadi Biopori
8. Mengolah Sampah (organik) menjadi Eco Enzyme
Kegiatan tersebut dilakukan di beberapa daerah, seperti Kp. Cikiwul, Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat; Rumah Inspirasi CTARSA Muaragembong, Bekasi, Jawa Barat;
Rumah Inspirasi CTARSA Kamal, Jakarta Barat, DKI Jakarta
Sahabat baik, yuk bantu dan dukung aksi #ParaBestie untuk wujudkan Carbon Neutrality dan melestarikan lingkungan sekitar.
Kamu bisa membantu dengan Donasi melalui berbuatbaik.id. Semua donasi yang diberikan akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, Sahabat Baik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik #parabesti dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang juga!